Usianya tak lebih dari sembilan..
Tawanya riang, walau nasibnya kelam..
Tubuhnya gelap dengan debu yang menggumpal..
Bajunya lusuh dihiasi robek di kiri kanan..
Saat yang lain sibuk sekolah, kau sibuk cari makan..
Saat yang lain tidur nyaman di kamar, kau berkeliaran dari jalan ke jalan..
Saat yang lain liburan ke pantai, kau mungkin libur makan..
Saat yang lain bermanja dengan kedua orang tua, kau bahkan tak pernah tahu apakah itu orang tua..
Kau hanyalah satu dari sekian ribuan bahkan jutaan teman sebaya yang senasib..
Kau tak tahu apa itu masa depan, yang kau tahu bagaimana besok masih bisa makan..
Kau tak tahu apa itu salah apa itu benar, yang kau tahu hanyalah bagaimana bisa bertahan..
Pagi itu kau begitu riang bersama teman-teman..
Duduk berlingkar merubung sebungkus nasi padang..
Begitu riuhnya menikmati sarapan..
Tak lagi terpikirkan apakah siang, malam atau besok masih bisa makan...
Negerimu katanya sudah merdeka, tapi rupanya belum mampu membuatmu merdeka dari kemiskinan..
Katanya dalam konstitusi disebutkan, pemerintah negerimu akan melindungi dan membiayai anak-anak sepertimu..
Faktanya kau bukan saja diabaikan, bahkan orang tua pun pergi meninggalkanmu..
Tapi kau tak pernah berkeluh kesah karena untuk tetap hidup saja sudah susah..
Usiamu sangat belia, tapi kau telah menjadi guruku untuk lebih menghargai nikmat dan syukur kepada Tuhan..
wh-15082009
Repost - from my FB http://www.facebook.com/home.php?#!/notes.php?id=1538595329
Selasa, 27 April 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar